“Para santri di suatu
pondok pesantren
masing-masing
memelihara
beberapa
ekor
ayam. Suatu hari
pak Ustadz ingin
mengetahui
bagaimana
reaksi
salah seorang
santrinya bila satu
ayamnya dicuri.
Maka suatu malam
ayam peliharaan si
Muhaemin diambil
diam-diam,
dipotong,
kemudian
dagingnya dibagi-
bagikan kepada
semua santri.
Esok
harinya,
Muhaemin melapor
kepada gurunya.
“Pak Ustadz, tadi
malam ayam
peliharaanku dicuri
orang.”
Pak
Ustadz
menjawab,
“Sudahlah,
jangan
bersedih. Ayammu
itu kan pada
hakikatnya milik
Allah yang dititipkan
kepadamu.”
Muhaemin
mengangguk-
angguk
kemudian
ngeloyor pergi
sambil garuk-garuk
kepala. Dia berniat
memberikan
pembalasan
kepada
ustadznya itu.
Pada
keesokan
harinya, dia mencuri
kambing
milik pak
Ustadz, dipotong,
disate,
kemudian
dibagi-bagikan
kepada
semua
penghuni pondok
pesantren. Malam
itu terjadi pesta
makan sate yang
begitu meriah.
Esok
pagi, pak
Ustadz marah
bukan kepalang
melihat kambing
miliknya
dicuri
orang.
Dikumpulkannyalah
semua
santrinya
sambil menghardik,
“Hayo
mengaku,
siapa yang mencuri
kambing saya
kemarin?”. Semua
santri
diam
ketakutan. Tak
lama kemudian
Muhaemin
bertanya,
“Pak
Ustadz, bukankah
kambing yang
hilang itu pada
hakikatnya adalah
milik Allah?”
Pak
Ustadz
menjawab, “Punya
Allah sih punya Allah
… tapi jangan yang
besar-besar dong!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar